top of page
Gambar penulisAdmin

B̶e̶r̶t̶a̶h̶a̶n̶ ̶d̶i̶ Menaklukkan Jerman: Der, Das… Die?




Sejauh ini kita udah meng-explore tiga pelajaran yang sangat mendasar dan sangat krusial untuk menaklukkan Jerman. Kalau boleh jujur, tiga hal ini bukanlah hal yang mudah untuk dikuasai mengingat begitu abstraknya mereka. Setidaknya lo udah tau kalau tiga hal itu penting untuk kuliah disini, sisanya tinggal pengalaman dan waktu yang akan membantu lo buat bener-bener paham apa yang gua maksud.


Sekarang gua pengen share pelajaran pertama di seri ini yang tergolong “mudah”. Alasan kenapa gua bilang pelajaran berikutnya mudah bukan gara-gara pelajarannya memang mudah, melainkan hal ini nggak abstrak, bisa lo bayangkan, bisa segera lo terapkan dan kalau lo cukup tekun gua yakin lo ngga bakal punya kesulitan yang berarti. Hal berikutnya yang harus lo kuasai adalah bahasa Jerman.

Learning German is “what eternity was made for.”

Kutipan diatas adalah salah satu kutipan yang cukup terkenal tentang bahasa Jerman dari Mark Twain. Memang agak lebay karena menurut Mark nggak ada yang punya waktu untuk belajar bahasa Jerman. Tapi sebenarnya dibalik hiperbola itu memang ada kebenaran bahwa bahasa Jerman itu sama sekali bukan bahasa yang bisa dianggap enteng. Mari kita bahas sekilas beberapa contoh, kenapa bahasa Jerman itu susah.


Dalam belajar bahasa, salah satu hal yang paling penting adalah menguasai kosakata dalam bahasa tersebut. Ini sangat penting karena kalau lo nggak punya banyak kosakata, lo bakal kesulitan untuk memahami dan juga mengekspresikan diri lo sendiri. Selain tahu bagaimana bunyi sebuah kata di dalam bahasa Jerman, lo bakal harus tau juga gender dari kata tersebut. Yap, semua kata benda yang ada di bahasa Jerman punya gender-nya masing-masing, contohnya adalah Der Bleistift (maskulin), das Buch (netral) dan die Schule (feminim). Parahnya lagi, pembagian gender ini nggak punya aturan logis. Sama sekali nggak ada alasan kenapa apel itu laki-laki, universitas itu perempuan dan anak perempuan itu nggak punya jenis kelamin. You simply have to know. Berbagai macam gender ini pun akan berubah bentuknya ketika lo harus mendeklinasikan mereka sesuai dengan kasusnya. Der bisa berubah menjadi den, dem dan des; Das bisa berubah menjadi dem dan des; Die pun bisa berubah jadi der. Walaupun kebanyakan pemberian gender di bahasa Jerman itu acak, bakal ada beberapa pengecualian dimana kita bisa langsung tahu apa gender kata tersebut, contohnya untuk kata-kata dengan akhiran -ung dan-keit.


Sistem pembentukan plural di bahasa Jerman juga beragam dan nggak deterministis (dengan beberapa pengecualian tertentu). Kalau di bahasa Inggris semua kata benda cuma harus ditambahin -s di belakangnya untuk ngebentuk pluralnya. Book jadi books, apel jadi apels, place jadi places dsb., di bahasa Jerman ada 5 variasi: -n, -en, -e, -er dan i. Ditambah lagi ada kata-kata yang nggak cukup kalau cuma ditambahin belakangnya dan harus ada huruf vokal yang dijadiin umlaut, contohnya das Buch jadi die Bücher.


Masih banyak lagi hal-hal yang nggak bisa gua bahas satu-persatu yang membuat bahasa Jerman susah. Tapi tenang aja, dibalik susahnya bahasa Jerman lama-kelamaan lo bakal bisa nemu pola-pola di bahasa Jerman. Bahasa Jerman itu juga logis dan efisien banget, setelah lo nemu logikanya lo bakal bisa menggunakan bahasa Jerman dengan leluasa (tentunya kalau lo punya kosakata yang banyak).


Menguasai bahasa Jerman itu adalah prioritas nomer satu lo kalau lo pengen nggak cuma sekedar bertahan di Jerman, tapi menaklukkan Jerman. Lo bakal butuh kemampuan bahasa Jerman dari mulai lo bangun sampai lo tidur lagi. Untuk makan lo bakal butuh bahasa Jerman, entah itu untuk belanja di supermarket atau untuk beli makanan di luar. Untuk pergi ke Studienkolleg atau Sprachschule pun lo bakal harus beli tiket dan baca petunjuk di stasiun atau halte. Untuk cari tempat tinggal cepat atau lambat lo akan harus berkomunikasi dengan orang Jerman yang seringkali ogah pake bahasa Inggris. Intinya sejago apapun lo mencoba menghindari bahasa Jerman, selama lo tinggal di Jerman cepat atau lambat lo akan tetap harus menghadapi bahasa Jerman. Kenapa menurut gua kemampuan berbahasa Jerman akan menjadi faktor yang membedakan antara “bertahan” dan “menaklukkan” di Jerman? karena kalau lo cuma setengah-setengah menguasai bahasa Jerman, lo bakal kehilangan banyak informasi yang sebenernya mudah didapat. Informasi-informasi ini terkadang nggak cuma bakal ngebantu lo untuk bertahan di sini, tapi juga ngebantu untuk mempermudah hal-hal yang harus lo kerjain. Baik itu ketika lo berhadapan dengan petugas di kantor sipil, ketika lo harus ngurus administrasi kampus, maupun ketika lo berkomunikasi dengan teman-teman kampus pas lagi belajar.


Oleh karena itu ada beberapa hal yang pengen gua tekankan yang bakal ngebantu lo menguasai bahasa Jerman. Hal pertama adalah jangan pernah sia-siakan satu menit pun ketika lo duduk di kelas bahasa Jerman. Dimanapun lo belajar bahasa Jerman, mau itu di agen yang ngebantu keberangkatan lo ke Jerman, di Goethe, di Sprachschule di sini, di Studienkolleg nanti ataupun di rumah sama guru les privat, gunakan semua kesempatan yang lo dapet untuk bertanya. Jangan pasif sekedar menerima apa yang diajarin di kelas tapi lo harus aktif cari tau sendiri semua sela-sela dari tema yang diajarin. Ini adalah tempat lo mengasah tools lo dan memperkokoh pondasi bahasa lo. Guru-guru bahasa Jerman itu punya segudang ilmu yang bisa mereka kasih ke lo dan lo tinggal harus korek abis semua ilmu yang mereka punya.


Yang kedua adalah lupain apapun yang lo pernah pelajari tentang bahasa Jerman, baik itu dari sekolah atau iseng-iseng belajar sendiri. Kenapa? Mari kita ibaratkan otak lo adalah gelas dan apa yang lo ketahui adalah air didalamnya. Kalau lo masuk ke kelas dengan gelas yang “penuh”, lo bakal mulai ngerasa lo udah cukup pintar dan nggak perlu belajar hal-hal yang mendasar lagi. Padahal hal-hal mendasar ini bakal jadi penentu seberapa bagus bahasa Jerman lo. Ada satu anekdot yang pengen gua ceritain. Dulu ketika les bahasa Jerman di Indonesia, ada seorang teman yang di SMAnya ambil kelas bahasa Jerman sebagai kelas pilihannya. Beberapa bulan pertama dia selalu dapat nilai bagus, selalu bisa jawab pertanyaan-pertanyaan guru kita, dan akhirnya ngerasa paling pintar di kelas. Ini bukan hal yang buruk selama persepsi kemampuan diri kita tetap sesuai dengan kenyataan, tapi sayangnya teman gua ini mulai ngeremehin pelajaran yang dikasih sama guru kita. Nilainya pun semakin lama semakin menurun sampai akhirnya setelah di Jerman dia harus kembali ke Indonesia karena dalam 2 tahun pertama dia punya kendala di bahasa nggak mampu menyelesaikan Studienkolleg-nya. Jadi menurut gua lo harus memulai belajar dengan pikiran terbuka, lo harus kosongin gelas bahasa Jerman lo itu dan mulai dari nol. Ingat, fase ini adalah kesempatan emas lo buat jadi orang “bego” dan nanya pertanyaan-pertanyaan “bego”. Jangan hiraukan orang-orang yang menertawakan pertanyaan-pertanyaan “bego” lo.


Ketiga lo harus ingat bahwa kemampuan bahasa Jerman lo nggak bakal meningkat kalau lo nggak terus latih dan terus explore. Gua kenal orang-orang yang bahkan setelah bertahun-tahun bahasa Jermannya masih terbata-bata. Kemampuan bahasa Jerman lo nggak bakal tiba-tiba secara ajaib jadi makin bagus cuma karena lo tinggal di Jerman dan berinteraksi dalam bahasa Jerman. Lo sendiri yang harus aktif mendorong diri lo untuk belajar bahasa Jerman. Mulailah dengan mengganti bahasa di handphone dan laptop lo jadi bahasa Jerman, baca artikel, berita atau novel dalam bahasa Jerman, dengerin radio Jerman, nonton film-film berbahasa Jerman dan main game pakai bahasa Jerman. Intinya lo harus memasukkan bahasa Jerman ke hidup lo, apalagi di hal-hal yang memang lo suka. Jadi lo nggak bakal ngerasa terpaksa belajar bahasa Jerman.


Terakhir lo nggak boleh malu untuk salah dan bertanya ketika lo nggak ngerti sesuatu. Kesalahan yang sempet gua lakukan selama beberapa bulan pertama di Jerman adalah gua suka gengsi untuk mengakui gua nggak ngerti apa yang orang Jerman bilang. Yang akan gua lakukan ketika gua nggak ngerti adalah ngangguk atau senyum pura-pura ngerti lalu ketika interaksi gua selesai baru gua pake kamus di hape buat cari tau kata-kata yang gua nggak ngerti tadi. Tapi ini adalah taktik yang sangat bodoh! pertama gua nggak bakal inget harus cari apa di kamus setelah interaksinya selesai, boro-boro inget, tau aja enggak tadi si bule ngomong apa dan gimana ejaannya. Kedua gua bakal kehilangan kesempatan untuk bertanya dan mengkorek informasi dari obrolan kita lebih dalam. Ketiga pada akhirnya gua nggak belajar apa-apa. Jadi menurut gua yang paling benar adalah ketika lo kenalan sama orang Jerman, lo bilang kalau lo masih belajar bahasa Jerman dan lo minta baik-baik supaya dia ngomongnya diperlambat dan diperjelas. Bilang juga lo akan sangat mengapresiasi apabila dikoreksi kalau ada yang lo salah bilang. Terus jangan malu untuk meminta mereka untuk mengulang apapun itu kalau ada yang lo nggak ngerti.


Jadi sebelum lo mulai pusing mikirin pelajaran di kampus, fokus untuk belajar bahasa Jerman semaksimal mungkin. Dan satu hal lagi yang harus lo ingat, lo nggak akan pernah berhenti belajar hal baru di bahasa Jerman. Bahkan setelah 6 tahun di sini pun gua masih selalu belajar hal baru setiap harinya.


Satria Kharisma Bayuaji


496 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page